Rabu, 17 Februari 2016

Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas

Oleh :  Bambang Sancoko, SE., MSi.
(Pembina Komunitas TaPe uLi)

Salah satu permasalahan besar di perkotaan adalah permasalahan sampah.  Jumlah penduduk yang besar menghasilkan jumlah sampah yang besar pula.  Disisi lain pemerintah mempunyai keterbatasan dalam mengelola sampah tersebut.


Selama ini masyarakat secara umum mempunyai paradigma yang salah dalam menangani sampah.  Bagi masyarakat penanganan sampah cukup dengan membayar retribusi kepada pemerintah daerah, kemudian penanganan sampah akan selesai oleh pemda. Pendekatan yang digunakan untuk mengelola sampah adalah bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah.

 Gambar 1 Kondisi Tempat Pembuangan Akhir di Depok

Pendekatan seperti ini tidak bisa menyelesaikan permasalahan sampah.  Justru sebaliknya, pendekatan ini akan menimbulkan masalah baru.  Timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah menimbulkan potensi adanya gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Selain itu, timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam yang memerlukan jangka waktu yang sangat lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.  Masalah lainnya adalah kapasitas tempat pembuangan akhir yang semakin berkurang bahkan tidak dapat menampung lagi kiriman sampah dari sumbernya.  Akibatnya kita banyak melihat masyarakat membuang sampah di sembarang tempat.

Gambar 2 Sampah di Jalan Umum


Paradigma penanganan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah terbukti tidak bisa menyelesaikan masalah sampah.  Oleh karena itu sudah saatnya masyarakat harus meninggalkan dan mengganti dengan paradigma baru.

Dalam paradigma baru, sampah ditangani dari sumbernya yaitu penghasil sampah.  Salah satu penghasil sampah adalah masyarakat.  Paradigma ini memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri.

Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan mendorong masyarakat berperan aktif dalam penanganan sampah. Penanganan sampah tidak lagi didominasi oleh pemerintah daerah yang mempunyai keterbatasan-keterbatasan.  Keterbatasan itu diantaranya lahan pengelolaan sampah, sumber daya untuk mengelola sampah, dan sebagainya.

Untuk itu penanganan sampah dikembalikan kepada masyarakat sebagai hulu-nya sumber sampah.  Sampah di tangani dari sejak level terkecil di masyarakat yaitu rumah tangga.  Hal ini dilakukan dengan pengurangan sampah yaitu dengan kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang.  Selain itu juga dilakukan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir menjadi produk bernilai guna.

Tentunya mendorong masyarakat terlibat aktif bukan perkara mudah.  Perlu edukasi yang berkesinambungan kepada masyarakat. 

Komunitas merupakan salah sarana yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam menangani sampah.  Komunitas keberadaannya ada di tengah-tengah masyarakat sehingga lebih dekat ke sumber masalah.  Komunitas juga menjadi wadah untuk mengumpulkan masyarakat agar peduli dengan permasalahan yang ada di sekitarnya.  Tokoh-tokoh masyarakat, para pakar, dan para stakeholder juga dengan sukarela menyumbangkan kemampuan kepada komunitas.  Dengan demikian perlu didorong tumbuh kembagnya komunitas dalam membantu pemerintah untuk mendorong peran serta masyarakat dalam mengangani sampah.

Gambar 3 Kegiatan Komunitas TaPe uLi

0 komentar:

Posting Komentar